Pulau Sumatra

Pulau Sumatra

Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km². Penduduk yang tinggal di pulau ini sekitar 56.795.305 jiwa (sensus 2024). Pulau ini dikenal pula dengan beragam nama yaitu Pulau Percha, Andalas, Bumi Melayu atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas").

Etimologi

Menurut Hamka, asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan kata Samudra yang merujuk pada Kesultanan Samudera Pasai di pesisir timur Aceh. Pernyataan ini didukung oleh catatan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko pada tahun 1345 yang melafalkan Samudra menjadi Shumathra karena ketidakmampuannya dalam membaca huruf dalam Bahasa Sansekerta Akan tetapi, Nicolaas Johannes Krom menyatakan bahwa kata Sumatera berasal dari kata Sumatrabhumi yang merupakan variasi dari Suwarnabhumi. Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang raja SriwijayaHaji Sumatrabhumi ("Raja tanah Sumatra").

Budaya

Istana Pagaruyuang
  1. Budaya Batak dari Sumatra Utara
    Suku Batak di Sumatra Utara memiliki budaya yang sangat kaya dan terstruktur, dengan berbagai sub-suku seperti Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, dan lainnya. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan kain ulos sebagai simbol kasih sayang dan penghormatan, yang biasa diberikan saat upacara pernikahan, kelahiran, atau kematian. Musik tradisional gondang dan tari tortor menjadi bagian penting dalam berbagai upacara adat. Masyarakat Batak juga menganut sistem marga, yang sangat menentukan dalam hubungan sosial dan pernikahan.
  2. Budaya Suku Aceh dari Aceh
    Budaya Aceh dikenal dengan pengaruh Islam yang sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari dan adat istiadatnya. Salah satu warisan budaya yang terkenal adalah Tari Saman, tarian serempak yang sarat makna spiritual dan kebersamaan. Dalam pernikahan adat Aceh, terdapat banyak tahapan dan simbolisme yang mencerminkan nilai-nilai kehormatan dan kesucian. Bahasa Aceh dan pantun-pantun khas juga menjadi bagian dari identitas budaya mereka, selain kuliner khas seperti mie Aceh dan kuah pliek u.
  3. Budaya Minangkabau dari Sumatra Barat
    Suku Minangkabau memiliki sistem kekerabatan matrilineal, di mana garis keturunan ditarik dari pihak ibu. Rumah adat mereka yang disebut rumah gadang memiliki atap melengkung seperti tanduk kerbau dan menjadi simbol status keluarga. Upacara adat seperti batagak pangulu (pengangkatan kepala suku) dan malam bainai (pra-pernikahan) mencerminkan nilai adat yang kuat. Seni tradisional seperti tari piring dan teater randai juga memperkaya budaya Minang, begitu juga dengan kulinernya yang mendunia, seperti rendang.
  4. Budaya Melayu dari Riau dan Kepulauan Riau
    Budaya Melayu di Riau dan Kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam dan tradisi maritim. Upacara adat seperti tepuk tepung tawar sering dilakukan untuk memberi restu atau keberkahan, baik dalam pernikahan maupun menyambut tamu penting. Sastra lisan seperti pantun dan syair menjadi bagian penting dalam komunikasi budaya. Tarian zapin dan musik gambus menggambarkan kehalusan budaya Melayu. Pakaian adat seperti baju kurung dan tanjak dikenakan dalam acara resmi, sedangkan kulinernya mencakup asam pedas dan otak-otak.
  5. Budaya Melayu Jambi dari Jambi
    Suku Melayu Jambi juga menjunjung tinggi adat dan agama, dengan semboyan “adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah”. Dalam pernikahan adat, upacara berlangsung selama beberapa hari dengan prosesi seperti berarak pengantin dan adat bersanding. Seni budaya Jambi mencakup tari sekapur sirih yang biasa ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan. Kain songket Jambi, yang kaya akan motif dan warna emas, menjadi identitas busana adat mereka. Makanan khas seperti gulai tempoyak dan pindang ikan menjadi bagian dari kekayaan kuliner daerah ini.
  6. Budaya Rejang dari Bengkulu
    Suku Rejang, salah satu suku utama di Bengkulu, memiliki budaya yang masih kental dengan tradisi leluhur. Tarian Andun adalah salah satu ciri khas, yang biasanya dilakukan oleh muda-mudi sebagai ajang pergaulan dalam acara adat. Musik dol, yang dimainkan dengan alat perkusi besar, menjadi pengiring khas dalam upacara adat. Pakaian adat mereka biasanya menggunakan warna merah dan emas, melambangkan kemuliaan dan keberanian. Hidangan khas seperti pendap, makanan berbumbu yang dibungkus daun talas, mencerminkan kearifan lokal dalam mengolah hasil bumi.
  7. Budaya Palembang dari Sumatra Selatan
    Budaya Palembang kental dengan pengaruh kerajaan Sriwijaya yang agung di masa lampau. Dalam pernikahan adat, prosesi seperti ngidang, ngantar belanjo, dan cak cak memperlihatkan kemewahan dan nilai simbolis yang tinggi. Pakaian adat Aesan Gede dan Aesan Paksangko yang dipenuhi hiasan emas menunjukkan kejayaan masa lalu. Tarian Gending Sriwijaya sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu agung, lengkap dengan musik tradisional. Kuliner seperti pempek dan tekwan menjadi ikon kota ini, menunjukkan perpaduan antara cita rasa lokal dan pengaruh Tionghoa.
  8. Budaya Lampung dari Lampung
    Budaya Lampung terbagi menjadi dua aliran adat besar, yaitu Sai Batin dan Pepadun, yang masing-masing memiliki sistem kepemimpinan dan adat istiadat tersendiri. Salah satu simbol budaya Lampung yang terkenal adalah kain tapis, tenunan tangan bersulam benang emas yang dikenakan dalam upacara penting. Tarian tradisional seperti Sigeh Pengunten dan Cangget digunakan untuk penyambutan dan perayaan. Upacara begawi adalah bentuk adat pernikahan yang menunjukkan struktur sosial dan kehormatan keluarga. Kuliner khasnya seperti seruit dan tempoyak menunjukkan ketergantungan masyarakat pada hasil alam lokal, terutama ikan dan durian.