Pulau Papua

Pulau Papua

Papua adalah provinsi yang terletak di pesisir utara Papua, Indonesia. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Barat (1956 – 1973) dan Irian Jaya (1973 – 2000) yang mencakup seluruh Tanah Papua bekas Keresidenan Nugini Barat. Ibu kota Papua berada di Kota Jayapura, yang berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini. Pada tanggal 30 Juni 2022, wilayah provinsi Papua mengalami pemekaran, yang membentuk provinsi baru yakni provinsi Papua Tengah, Papua Pegunungan, serta Papua Selatan. Setelah pemekaran provinsi baru, pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduk provinsi Papua sebanyak 1.101.733 jiwa.

Etimologi

Asal nama Papua berasal dari Papo Ua yang dalam bahasa Tidore artinya "tidak bergabung", "tidak bersatu", atau "tidak bergandengan". Maksudnya wilayah Papua itu jauh sehingga tidak masuk dalam daerah induk Kesultanan Tidore. Akan tetapi wilayah-wilayah tersebut tetap tunduk dan berada dibawah persekutuan dagang Tidore bernama Uli Siwa. Dalam pembagiannya wilayah di Papua dibagi menjadi Korano Ngaruha atau Kepulauan Raja Ampat, Papo-ua Gam Sio (Papua sembilan negeri), dan Mafor Soa Raha (Mafor Empat Soa). Ada teori lain yang menyatakan bahwa nama Papua berasal dari Bahasa Melayu kuno papuwah, artinya "rambut keriting". Akan tetapi kata ini masuk pada kamus bahasa melayu tahun 1812 ciptaan William Marsden yang tidak ditemukan dalam kamus yang lebih awal. Pada catatan abad ke-16 Portugis dan Spanyol, kata Papua merujuk kepada penduduk Kepulauan Raja Ampat dan pesisir Kepala Burung. Berdasarkan teori lain ini menurut F.C. Kamma nama ini bisa saja berasal dari Bahasa Biak 'Sup i Babwa' yang digunakan untuk menyebut Kepulauan Raja Ampat berarti tanah di-bawah (matahari terbenam), yang kemudian menjadi 'Papwa' lalu 'Papua'.

Budaya

Wayang
  1. Budaya Suku Dani dari Lembah Baliem, Papua Tengah
    Suku Dani terkenal dengan budaya agraris dan kehidupan tradisional yang masih sangat kuat. Mereka tinggal di honai, rumah bundar berdinding anyaman dan beratap jerami. Salah satu tradisi paling terkenal adalah perang-perangan adat yang disebut Pikon atau Festival Lembah Baliem, sebagai simbol kekuatan dan penyelesaian konflik. Suku Dani juga dikenal dengan tradisi potong jari (iki palek) sebagai bentuk duka mendalam terhadap kehilangan anggota keluarga. Pakaian adat pria biasanya hanya memakai koteka, sementara wanita mengenakan rok rumbai dari serat alami.
  2. Budaya Suku Asmat dari Papua Selatan
    Suku Asmat dikenal secara internasional karena keahlian mereka dalam seni ukir kayu. Ukiran mereka memiliki nilai spiritual tinggi dan sering menggambarkan nenek moyang, hewan, dan simbol kehidupan. Rumah adat Asmat disebut jeu, dan menjadi pusat kegiatan ritual. Upacara penting seperti Tiwah atau ritual penghormatan leluhur dilakukan dengan penuh tarian dan nyanyian adat. Suku ini juga membuat perahu tradisional dengan hiasan kepala yang unik, dan mereka menjadikan sungai sebagai bagian vital dari kehidupan.
  3. Budaya Suku Mee (Ekari) dari Papua Tengah
    Suku Mee tinggal di daerah dataran tinggi Papua Tengah dan dikenal sebagai petani yang menanam ubi, keladi, dan sayuran di ladang berteras. Mereka memiliki rumah adat yang disebut Ebei, dengan desain khas untuk pria dan wanita. Upacara adat dan tarian digunakan dalam setiap fase kehidupan, termasuk kelahiran, dewasa, dan kematian. Suku Mee menggunakan pakaian tradisional dari kulit kayu dan bulu burung kasuari. Mereka juga menjaga kepercayaan leluhur dengan mengadakan ritual syukur terhadap alam.
  4. Budaya Suku Yali dari Pegunungan Papua
    Suku Yali tinggal di daerah pegunungan terjal dan terisolasi. Kehidupan mereka sangat tradisional, dan sebagian besar masih bergantung pada pertanian dan perburuan. Mereka memiliki rumah adat serupa honai dan pakaian yang masih sangat sederhana seperti koteka dan daun-daunan. Suku Yali dikenal memiliki bahasa dan sistem adat tersendiri. Tarian perang dan ritual penyembuhan menjadi bagian penting dalam budaya mereka. Karena tinggal di wilayah yang sulit dijangkau, budaya mereka relatif terjaga dari pengaruh luar.
  5. Budaya Suku Sentani dari sekitar Danau Sentani, Papua
    Suku Sentani hidup di sekitar Danau Sentani dan terkenal dengan seni lukis khas di kulit kayu yang disebut kain kulit kayu atau khombow. Mereka juga memiliki perahu tradisional dan menggelar Festival Danau Sentani setiap tahun, yang menampilkan tarian di atas perahu, musik tradisional, dan makanan khas Papua. Rumah adat mereka disebut khombouw, dan mereka menjunjung tinggi warisan budaya leluhur lewat lagu-lagu rakyat dan cerita turun-temurun. Kuliner khas seperti papeda dan ikan kuah kuning berasal dari daerah ini.
  6. Budaya Suku Korowai dari Papua Selatan
    Suku Korowai terkenal karena tinggal di rumah pohon yang sangat tinggi, bisa mencapai lebih dari 20 meter di atas tanah. Rumah ini dibangun di atas batang pohon besar untuk menghindari binatang buas dan roh jahat. Kehidupan mereka masih sangat tradisional, bergantung pada berburu dan meramu. Mereka memiliki kepercayaan animisme dan melakukan berbagai ritual untuk berinteraksi dengan roh leluhur. Karena hidup di daerah sangat terpencil, mereka menjadi salah satu suku yang baru dikenal oleh dunia luar pada akhir abad ke-20.